Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi
yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja
Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi
bin Ya'qub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah
beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup
Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan
oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah
bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga
diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi
Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat
tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa. Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi
Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain
berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu
kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir
sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan
melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan
rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang
menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja
dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan
gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani
mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati
mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di
sekitar rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa
yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi
yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus
disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan
memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan
dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan
dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan
perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan
Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang
pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka
dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah
dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka
pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali
dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota
kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang
pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak
Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman
"Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun".
Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya
dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak
terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang
megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan
oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri
akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan
disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di
antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari
tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin
Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti
dtgnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi
dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang
telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat
afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa
dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh
Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa
sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh
orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi
itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan
bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi
yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan
kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan,
Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir
terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan
bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang
berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih
dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan
bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan
kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh
Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam, terapung
dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk
mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi
perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa,
ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja
yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya
dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri
Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib
peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja
membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan
menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh
Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang
terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu
seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang
diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan
membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang
sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis
itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini
dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak,
kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik
kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah
jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi
terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah
ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan
kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air ,
Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah
kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi
setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan
menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian
banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan
seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun,
kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku
tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan
satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu
dpt menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh
isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang
bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air
susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada
Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang
besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia
akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya,
dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan
dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun
dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang
sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas
di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai
berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah
berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan
menindas segolongan dari mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan
mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk
di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta
tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir
terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu
khuatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah seorang} dari para
rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi
musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta
tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun:
"Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya,
mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,"
sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya
Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada
janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
"Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka
tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah
saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan
memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13.~ Maka Kami
kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan
supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia
kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh
ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan
hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan
sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan
sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di
samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan
tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia
hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun
mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg
ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia
berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan
menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan
keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya
kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang
menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa
sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota
sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi
seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum
Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan
pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu, segera
melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah
an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang
Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak akan
mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah
memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa
salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi
perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti
orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar
pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara
di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh
Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi,
walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas
dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu
bila sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang
sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia
pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam
suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang
dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun,
juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum
Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa
menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "
Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan
membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata:
"Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang
kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri
ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera
tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para
penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar
dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan
membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum
Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur
rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang
dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera
meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk
membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan
Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, terdapat
dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat
14 - 21 sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup
umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan
Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya
di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari
golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka
orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang
dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta;
"Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah
aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat
Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi
orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa
takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang
meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa
berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata
{kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang
menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah
engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi
salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah
seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu
oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut
menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari
orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya
Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim"
keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain
inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal
iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih
karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah
dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama
lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas
kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib
yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah
sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan
yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas
anggota istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu
ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia
tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan
demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi
sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak
jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran
untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu
sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada
dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya :
"Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab:
"Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami
tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu
sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan
sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat
berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata
dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber
air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah
berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa
yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali
ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan
cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu
yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan
sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari
puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri
Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam
keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan
belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan
kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa
memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk
berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong
kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih
asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang
menerima undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu
dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah,
hormat dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab
bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu
Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga
terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi
mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun
terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar
kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang
zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau
sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan
tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama
ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah
dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya,
kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi
perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan
idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan
Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai
ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan
penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya,
baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan
diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa
tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang
hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa
diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh
Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang
manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang
luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang
makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu,
mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau
dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta
engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan
kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat
berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun
di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari
dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tada
sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai
kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang
yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan
dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada
Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai
menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada
diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian
dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang
pakcik kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab
dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai
pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah
ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan
diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing
untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri.
Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib
kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi
berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang
berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang
terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz
20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap
ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke
jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri
Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum
{ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita
yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan
berbuat begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat
meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~
Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali
ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku
memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~ Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu
ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan
{kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi
bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib
berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang
zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang
yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: "
Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua
anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu
memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian} antara
aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan,
maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi
atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan
menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa
meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum
Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa
rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan
kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa
yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di
tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan
mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin
pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta
isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari
orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya
tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina"
tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh.
Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas
lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata
kepada isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api
yang menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat
membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa
sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api
itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu
di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara
seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah
Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang
diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah
dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam
kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah
diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan
untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa:
"Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu
pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu
dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk
makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan
lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan
Allah yang nampak sederhana itu baru dimegertikan dan diselami oleh Musa
setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas
tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat
sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya:
"Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada
keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap
itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia
terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah
memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata
setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa
cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas
dalam surah "Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai
kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat api, lalu berkatalah ia kepada
keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini} sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan
mendapat petunjuk di tempat api itu." 11.~ Mak ketika ia datang ke tempat
api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah
Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa
yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati
Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahsiakan {waktunya}
agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka
sesekali janagnlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman
kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu
menjadi binasa." 17.~ Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?"
18.~ Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku
memukul {daun} dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang
lain padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai
Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi
seekor ular yang merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia
dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~
Dan kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang
tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan
kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar."
{Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada
Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di
Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas.
Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan
bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana
penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak
penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak
diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa
dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk
bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman,
penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama
kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan
dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat
tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke
lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap
langsung di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke
Fir'aun sebagai Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan
dirinya bahwa ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang
tidak sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang
wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju
kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan
kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu
itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar
kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan
pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman
pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya
terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan
memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan
dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan
dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan
pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun,
sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh
dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi
Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya
berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka ,
maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu
dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam
melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi
orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya
dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan
permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di
Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka
ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut
dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku
mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan
Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid,
meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang
lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan
takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas
di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42
sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan
mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia
lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk
membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan
aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu
dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat
mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua
dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35
}
"42.~ Pergilah kamu berserta
saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam
memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah
melewati batas. 44.~ maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~ Berkatalah
mereka berdua: "Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera
menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah berfirman:
"Janganlah kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya
{Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu,
maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan
kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa
dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan
Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah
menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu
dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula
oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka
berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan
Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari
perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah
kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa
berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu
sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia
remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan
bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan
kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa
kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya
engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang
dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat
kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu
menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan
aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut
oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan
syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat
dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku
melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu
serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku
sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau
dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap
Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah
Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini
selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan
seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan
langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para
penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya.
Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila
kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kamu
berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami
ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka
bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang
engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan
tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di
atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan
mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka
hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum
mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya
adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya
menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani merasa
tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu
menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa!
jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke
dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau
akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang
membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata:
"Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan
kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan
Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah
"Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata:
"Bukankah kami telah mengasuhmu diantara {keluarga} kami diwaktu kamu
masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari
umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan
itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~
Berkata Musa: "Aku telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk
orang-orang yang khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut
kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku
salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini
adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun
bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa menjawab:
"Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah
Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~ Berkata
Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak
mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu
yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28.~ Musa
berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun
berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku
akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata:
"Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu
sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang
benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat
kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang
menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat
mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata
menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya
melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku
kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu."
Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah
hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau
tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa
menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala
tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan
mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa
bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia
bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua
mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan
Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir
dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya
yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan
mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk
bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang
merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan
kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu
lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima
tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai
pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang
diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah
bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah
penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan
perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota
Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah
dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali
dan lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh
kepandaian mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari
Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil
mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan
dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja
Fir'aun yang telah duduk di atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah
pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya
beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun
menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke tengah-tengah
lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat
dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak
mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir
itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah
engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan
akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu
segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai
dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari
tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai
hasil tipu sihir mrk. Mrk segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada
Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang
kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh
kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak
ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada
Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami
sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan
sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera
membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu
cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan
kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu
dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap
ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia
berkata kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah
kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu
persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia mungkin
guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah
mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini.
Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong
tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal
pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk
dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati
mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata
kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk
sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang
mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat
Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan
dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi
ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan
mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan
berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh
yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak
putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang
kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas
dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai
berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan
tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya
{dr dalam saku bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi
orang-orang yang melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada
di sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab:
"Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan
mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum,
39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu sekalian, 40~
semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah orang-orang yang
menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun bertanya kepada
Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang besar jika kami
adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan
{kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang
kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan tali-temali dan
tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi kekuasaan Fir'aun,
sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~ kemudian Musa
menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka
ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada
Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~
yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu
sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia
benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti
benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan
memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu
semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami},
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami amat
menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami
adalah orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan
semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan
ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan
Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan
mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat
dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan
dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin
menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus
membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan
amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah
kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita
makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan
nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada
akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang
kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir
kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya
dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama
makin bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup
masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan
kita yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap Bani
Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku
biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan
oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam
tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat,
mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu.
Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari
alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa,
mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk
pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya
menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan
dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh
Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar
Allah memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah telah
menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar
dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan
kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang
merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah
Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula
tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan
Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah
bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan
tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak
dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan
semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak
mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya,
yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan
pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa.
Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga
Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan
perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk
membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu
mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi
mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki
yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia
menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah.
Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan
kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia
sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah
benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab
yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang
akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin
itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh.
Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan
kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga
Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap
berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para
nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan ,
sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat
yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah
akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan
nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima
seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling
kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari seksa
Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan
mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini
hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang
kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu
tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah
berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya
yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu
yang telah dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya
bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang
membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk
melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan
mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan
tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara
suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi
anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku
berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku
untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak
ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng
Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat
diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku
dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu
sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga bagi
orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang
telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku
perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran
kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa
susah karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku
dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas
dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah
"Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz
24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar
dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}: "Apakah kamu akan membiarkan Musa dan
kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu
serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak
lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan
sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata kepada
kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya
bumi {ini} kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dari hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh
Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab:
"Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." {
Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang
beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia
menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang
pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang
yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui
batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan
berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika
azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan
kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata:
"Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan
kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah
tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,
sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~
{yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang
pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah
nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." {
Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu
berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang
benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
{sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding
dengan kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik
laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku!
Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku
ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru kamu
{beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti
bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman} kepadanya tidak dpt
memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu pun di akhirat. Dan
sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang
melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada
apa yang aku katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta kaumnya
dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang
ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan
penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan
membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin beertambah semenjak ia keluar
sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada
pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah
ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh mana
ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran
kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya
musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun
berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa
memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya:
"Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir
yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku,
sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi
rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku
yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang
hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud
tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana lazimnya
orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia
tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti
kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar
kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata
rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan
perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq
terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa
sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras
kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan
tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang
menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan
pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh
Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus
melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur
kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap
tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa
hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada
Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum
kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan
duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu,
dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan
beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang
pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan
permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan
Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai
Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping
serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah
menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan
makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan
yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung
dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu
berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat
seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk
dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu
ketenteraman hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur,
disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur,
hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan
bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta
pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala
itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan
Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari
azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu
tercabut dari atas mrk dan hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk
mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa,
seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada
Allah tetapi karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas
ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah
"Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130
sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada
pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon
kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau
menimbulkan kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada
kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini
kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah
yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina
ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak
dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk
mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan
itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu adalah kaum
yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami,
akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak
beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu
mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga
89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami
telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang
panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini
adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta
dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari
Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata kepada
Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami
dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu."
133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak
dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi mrk tetap menyombong diri dan mrk
adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mrk ditimpa azab {yang telah
diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada
sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami
akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu."
135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk
sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita
akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup
dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada
akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk
membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah
mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum
Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul
Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun
dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka
pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat
melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam
hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di
depan mereka sedang dari belakang mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya
yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi
bahwa bila mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari
Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari
sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus
pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di
depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat
untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah
kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah
kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami
dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana
para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi
Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah
terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di
antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering
yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il
menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian
tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala
tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air
itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang
kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti
Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela
mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya
tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu:
"Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami
untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan
dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini
semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah
olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan
bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu melakukan gerak-cepatnya
untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur
sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang
kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan
bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke
dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu
menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang
memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk
hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan
kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya,
seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan
matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan
Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri
kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun
yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata
beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu
dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya
setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman
terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang
pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang
sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi
orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi
Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan
yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah
manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai
tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk
menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah
mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di
alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan
kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang Fir'aun adalah suatu khayalan
belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat
pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi
Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat
dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya
terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun
dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat
Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu
diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di
atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah
"Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90
sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah
Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani
Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk jalan yang kering di laut itu,
kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut {akan
tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu
mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah
menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala
tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua
golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku,
kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa:
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami
selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami
tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk
tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia
Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani
Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya,
karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah
hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya}
padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk
orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il
setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina
setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka
merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh
Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala
dengan tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah
untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang
disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu
kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan
dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang
telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun,
melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu
kelebihan di atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh
drp kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar
nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah
yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun
berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani
Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sgt teriknya dan
sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dpt berteduh di bawahnya.
Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan
oleh Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di
bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan
dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis
sebagai madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi
firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah
turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala
pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di
tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul
batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas
mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa,
masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil
keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan
kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan
Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di
tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon
kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari
rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang
merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang
aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang
rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah
Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu
akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas
dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan
160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut
:~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani
Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum
yang tetap menyembah berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa
tuhan {berhala}". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum
yang tidak mengetahui {sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu
akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka
kerjakan. 140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang
selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat".
{ Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi
menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan
kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu
dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air.
Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami
naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.
{Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan
kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu
menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu
berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar {tahan} dengan satu macam
makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, yaitu
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah
merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu mengambil sesuatu yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperolehi apa yang kamu minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli
tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada
kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai
pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara
mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus
melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu
mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang
baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang
dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi
Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa
memohon kepada Allah agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman
dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar
untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan
Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh
hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur
Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan
mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan
mengunyah daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur
oleh malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat
itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu
untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal
bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap
dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah
memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi
lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang
yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina
dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang
ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan
tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang
yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa
engkau datang seorang diri mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab:
"Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat
datang lebih dahulu untuk mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya
dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat
melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak
akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri
tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan dapat
melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan
bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk
ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa,
gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari
pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah
atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku,
ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama
beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu,
Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat" berupa
kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir
yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai
pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian
"Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa,
sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di
masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku
telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung
dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang
teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan
kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke
jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi
mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika
mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang
fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi
Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan surah
"Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih
cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~ Berkata Musa: "Itulah mereka
sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau
redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan
kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami
sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah
waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan
perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung}
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku
agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu
sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku."
Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia
berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang
pertama beriman." 144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku
memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala
sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada
{perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan
kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah
patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani
Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan
meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur
Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya
perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat
puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah
dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan
menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk
menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa
seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan yang
tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya
memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung
yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq,
bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai
kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah
para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada
Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak dapat
diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari
tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu
dapat menggoyahkan iman dan akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum
meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk
disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak
lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para
wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga
dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup. Maka
diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun
yang berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak
lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak
pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu
sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh
mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan
tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa
kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat
banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia
khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan
di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya
memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa
kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah
selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di
mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi
dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih
hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi
anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah
dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat
dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik
kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau
melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah
engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu
untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan
memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat
memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran
Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut
kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran
kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan
aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan
sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara
sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah
aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu
terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan
sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada
Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan
itu: "Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan
kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau
buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah
melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat
Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku
lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak
lembu yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu
biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri:
"Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan
kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang}
jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini
adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu.
Dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke
dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa
kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kamu
telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului janji
Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa
kitab suci? Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu,
karena perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah
dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak
sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami
disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang
atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian
perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu
yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan
iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk:
"Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu
sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka
bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan
mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang
benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas
kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan
memohon ampun dan rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari godaan
syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian
pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya
setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya:
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke
dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi
hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua dengan
kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat yang
bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya, maka Allah
memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk
meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi
Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi
perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk
keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu
yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu
menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah
awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti
para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan
sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi
Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk
melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya
dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah
berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum
kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan
mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga
mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib
fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang
terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa
mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan
tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali
seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka,
wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut
sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan
permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka
bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari pengsannya. Kemudian
pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan
berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan
perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di
atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di antaranya surah
"Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151,
154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai
berikut :~
"85~ Allah berfirman:
"Maka sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan
mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar
perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali tidak
melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh
membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya,
dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~ Kemudian Samiri mengeluarkan
untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata:
"Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa." 89~ Maka
apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat
memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada
mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata
kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi
cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha
Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka menjawab:
"Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali
kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu
ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu tidak mengikuti aku?
Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?" 94~ Harun menjawab:
"Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku dan jangan pula
kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: "
Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara
amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu {berbuat
demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu
yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam aari jejak rasul, lalu
aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa:
"Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia
ini hanya dapat menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya
bagimu hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan
lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan
membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam laut
{berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak
ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." { Thaha :
85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt
menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun
berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami
dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." {
Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya
Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau
dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." { Al-A'raaf :
151 }
"154~ Sesudah amarah Musa
menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam
tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada
Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk
{memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika
mereka digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau
kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di
antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu
siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau
kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah
kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." {
Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu
berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat
Allah dengan terang karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu
menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati,
supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami
mengambil janji dari kamu dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas
{seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan
kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa.
Kemudian kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada
kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang
rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak
berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah
yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan
Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad
lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan
Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air
dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa"
bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan
beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk memberi
petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang
susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat
mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang
terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan
perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat
suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat
tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.
Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku
"Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat
dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan.
Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya
mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat
pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk
sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha
sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi
mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang
yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir
orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti
hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat
sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras keringat
untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau
melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa.
Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan
bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah
mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya
melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah
kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani
Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan
negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan
mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang
tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan
datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu
sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas
dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26
sebagaimana berikut :
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa
berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika
Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka
dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di
antara umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang
{karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~
Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang
yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum
mereka keluar drpnya. Jika mereka keluar drpnya, pasti kami akan
memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut
{kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah
mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya
kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu
orang-orang yang beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami
sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya
karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~
Allah berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing
kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib}
orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat
yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang
terkenal dengan sebutan sapi Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak
laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta
peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang
pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera
tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau
setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku
pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau
sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka , mereka bersekongkol untuk
membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau
warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu
dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka
kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya
mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di
mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap
tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan
pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon
pertolongan Allah yang segera menwahyukan perintah kepadanya agar ia
menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah
mayat sang korban yang dengan izin Allah akan bangun kembali memberitahukan
siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara
yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena
akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi.
Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui
mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan
lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka
hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara
mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud
hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau
memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada
Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah
sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi
yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut
petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning
tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak
cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke
pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang
akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu
sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya
sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang
soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya,
berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak
dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat
doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang
berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh
Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli
dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya
pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah,
menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh
oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang
kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras
hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan
membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih
melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan
pokok cerita di atas, terdapat dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73
sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa
berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi
betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah
ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi
salah seorang dari orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab:
"Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi
betina apakah itu? Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara
itu maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu {masih} samar
bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat petunjuk." 71~ Musa
berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina adalah sapi
betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata:
"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar."
Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan
perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu
saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang
selama ini kamu sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu
dengan sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu tanda-tanda
kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi
Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat
dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah
dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan
pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan
segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi
Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah
diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri
pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya kepadanya: "Wahai Musa,
siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai dan paling berpengetahuan?"
"Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai
dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu.
"Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: "
Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun,
pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan
akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka
kemuliaan apa lagi yang dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai
itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri
yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan
kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang
walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan
pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan
lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada
diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di
suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya
rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu
kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat
membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan
berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan:
"Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi
memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham
yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa:
"Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari
dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam
keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi
Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya'
bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan
dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan
petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui
hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya
Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam
keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya'
bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman
Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di
tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik,
membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah
ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya,
bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan.
Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat
sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun
agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun
membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang
hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa:
"Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa
tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang
berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan
dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera,
sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi
kegirangan mendengar berita itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di
mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa
kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui
orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang
menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di
mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing
yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia
sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika
mendengar kata-kata salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?"
bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya
kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa,
seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi
Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu
kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang aku
cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata
kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan
bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku
akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak
pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan
sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan
bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas
lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya
adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam
diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut
pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang
murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau
akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu
perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa:
"JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka
engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum
aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan
menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun
menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan
dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir
perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi
Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah
Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap
persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana
terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan
pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan
senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan
dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu
bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat
pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut
perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara gelombang-gelombang
tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua
keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan
pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan
ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan perbuatan
mungkar dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu
ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah
engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami
dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran
Musa: "Bukankah aku telah katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar
menahan diri melihat tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku.
Aku telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi
akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah
oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah
pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan
seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya.
Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak
jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa
melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh
seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa
adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh
Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri
melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka
ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak
yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar
dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap
dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan
sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran
Al-Khidhir itu, berucaplah Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan
perkenankanlah untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian
bahwa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka
janganlah aku diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup
engkau memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima
oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di
suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan
penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk
mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar
mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang
memang terkenal bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka memberi tempat
beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan
desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir
hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu
nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya
kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir:
"Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang
jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat
istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut
upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi
itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai
Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir.
Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami
berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan
perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa",
Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami
tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan
oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu.
Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai
sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku
lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk
merampas bahtera itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku
yang pada lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah
menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku
bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak
yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin,
soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan
hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan
dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan
berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang
ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam
harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang
yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan
untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka
sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah
mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa
yang ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu
engkau anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan
atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat
dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud
:~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa
berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai
ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada
muridnya: "Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya kita telah merasa
letih karena perjalanan kita ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah
kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku
lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan
cara yang aneh sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita
cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu
mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~
dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata:
"Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka
berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir
melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah
berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata:
"Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan
sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu
menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala
keduanya berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa
berkata : "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~
Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka
kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh,
maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu
nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~ Al-Khidhir berkata :
"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua
orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong
kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibubapanya}.
82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota
itu sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu,
sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut
kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya
raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum
Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan
kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup
mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi
padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2
para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya
karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum
dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2
sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam
lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih
belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi
khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan
pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang
emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan
orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak
merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta
kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan
kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan
kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2
kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para
fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan
lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu
adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal kebajikan
terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan
penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita cacat.
Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat
sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan
yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan
oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa
karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat.
Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan
membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan
kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah
semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha
dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas
menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir
miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang
yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara
menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia
mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan
pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi
dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu
,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah
imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata:
"Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah
diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya
dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang
besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang
memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran
orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk
disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin
akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah
mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada.
Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian
yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir
miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima
perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa.
Ia berkata: "Hai MUsa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu
kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan
segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah
engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta
kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya.
Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan
dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan
dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali
bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan
karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan
semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk
mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan
Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat
harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan
menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya Qarun
merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus
mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu
keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun
mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan
terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya
terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi
Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan
mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa
dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri
dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan
Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang wanita yang
diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina
dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan
palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya
itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan
kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya
Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa
bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi
pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib
zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan
sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula
usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia
kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak
itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah
imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan
kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah
memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana
terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat
penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua
milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan
harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani
bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup
sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur
kepada Allah: "Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya,
nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan
mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah
beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat
dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah
"Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah
termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat
dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata
kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat
baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan
apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan
tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa
mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang
yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala
Allah adalah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan
tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak
Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia
termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah
orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
"aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan
kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}.
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat}
Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah
membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia
seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab :
69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani
Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki
Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi
sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku
Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin.
Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa
Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan
menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan
bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda
keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat
penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah
merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada
Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat
menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh.
Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi
kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka
dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa
Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah
kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh
Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang
berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera dan menghimpun
mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan
oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi
tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai
jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara
penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani dan di hormati
bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima
dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa
pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih melihat keadaan kaumnya menjadi kacau
bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin dan
dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti
wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa
mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai
kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak
mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak
pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan
bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau
musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana
kami menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh
sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari
sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun darjat kami
sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga
enggan berperang melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami.
Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja
kami akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa
sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian
ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu untuk memperoleh seorang raja
yang akan memimpin dan membimbing kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk
beristikharah memohon pertolongan Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang
patut dan layak menjadi raja bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil
mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat
seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan
walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah
akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka
dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan
gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan. Dari pancaran kedua
matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan
bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal
di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup
bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout
sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah dari
kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah
Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2
lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali
haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir
ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari
keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout:
"Kami sekarang sudah berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada.
Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat
memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat
menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima petinjuk dari
Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal
ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan
bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju tempat tinggal Somu'il. Di
tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis yang ditemuinya
sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi
Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il
sebentar lagi akan datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas
bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para
gadis itu memberikan keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya yang
berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan
setelah saling pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah,
kami datang menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami
diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai
kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan
jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah
Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah
ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia berkata
kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang berada dalam
perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan
fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang
mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting
dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il
sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta
membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki negeri
mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi perlindungan kepadamu
dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana
aku dapat menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang
dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai,
seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah
kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat
dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan
melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan
Allah ini. Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh
akan pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah
tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata:
" Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk
menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu
dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya,
mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu
padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang
melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul
mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout
sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut ternganga mereka melihat
satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah
thalout yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu.
Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa
dan miskin dan tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal
pemilihan dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il:
"Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai
raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan
sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan
"Lawi" yang menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari
keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak
dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan
oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa
tidak dipilih sahaja seorang drp mereka yang berada di kota yang pandai-pandai,
berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi
keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan
pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan
kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2
itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat,
perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik
bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan
tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka
tidak patutlah kami memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan
pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka,
"Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak dapat
berbuat lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan
keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang
dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya
Allah telah mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu
tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai
sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai
bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa
kamu akan menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang
dan dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu
dibawa oleh malaikat. Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk
menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka
kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh
bulan berada di tangan orang-orang Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan
Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan
taat serta mematuhi segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh
thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan
menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera
yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari
orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak
mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk
berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi mencapai kemenangan dna
menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak
tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau
barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan
perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah
terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara
kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat
kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa
di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar
membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera yang
benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh
Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di
sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang
berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar
tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu
sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran
disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout tetap berkeras
hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak
bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia
hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang
sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap
mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout
bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam
barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang
dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang
telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan
ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan
besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih
besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan
musuh terkenal seorang panglima yang berani, cekap dan terkenal tidak pernah
kalah dalam peperangan. Tiap orang yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh
terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian
besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya
dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari
ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada
pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang
merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan
gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan
lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan perang mengikuti
Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari para penyerbu
dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki
keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang bermati-matian melawan
musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas
suci itu. Berkata mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah
terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang
sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila
iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan
Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil
jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allah mengizinkannya dan
memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang yang
beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan
kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri
dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya
bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat
berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran dimulai, keluarlah dari
tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya yang bernama Jalout
berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout mengajak bertarung
seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang agar
pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan
bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah pasukan Bani Isra'il
menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak
musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang
menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah
terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu
di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani
Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam
hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam
,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada saat
itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh
kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia
meminta izin dari sang raja untuk keluar menyambut tentangan Jalout dan
menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian
pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara
orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak
ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak
melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan
sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun
ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda
itu, yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung
akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar
bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia
melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih
muda itu bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak
pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan
roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang
untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya:
"Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang
menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena
yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran
badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan
bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya
seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap
seekor singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum itu
terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya
setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang
merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan
keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap
pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh
semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa
pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya
sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh
Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah
melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh
seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju
besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia
menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu.
Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk
melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya:
"Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat,
bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan
berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan
yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku
pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan
berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan
Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan
pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang
masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia adalah seorang pemuda remaja
tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan
zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang
engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang
sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah
bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah
engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan
dagingmu makanan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di
udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau
boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan
pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku
yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan
Bani Isra'il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan.
Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri
hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan
mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka
sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari
sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika
itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu
diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga
terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira
dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda
gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan
matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka
melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh
pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh
Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang
bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak
memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka
berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja
supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi
mereka berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu
tidak akan berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu
berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan
atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu."
Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh
yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu
dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu
jika kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa
tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk
tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang
beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan
tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan
Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta
orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh
mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri
kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan
{dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan
kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta
Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246
~ 251 }
Catatan tambahan
Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun
di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di mana ia diperintahkan oleh
Allah untuk melihat tanah suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai
memasukinya.
Belum ada tanggapan untuk "Kisah Nabi Musa"
Post a Comment