Wednesday, January 28, 2015

Peristiwa peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


1.      Kekalahan Jepang atas Sekutu
Setelah jatuhnya Kepulauan Saipan dan Mariana ke tangan Sekutu pada Juli 1944, wilayah Jepang menjadi terbuka terhadap serangan Sekutu. Perkembangan ini mendorong Perdana Menteri Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia pada 9 September 1944.
Pada 9 Agustus 1945, Ir Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Radjiman Wedyoiningrat diundang Jenderal Terauchi, panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara yang bermaskas di Dalat, Vietnam. Jendral Terauchi menyampaikan berita pemberian kemerdekaan kepada bangsa Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan pada 7 September 1945. Namun, karena adanya peristiwa bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945 yang dilakukan oleh sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia dipercepat menjadi 24 Agustus 1945. Pemboman Kota Hiroshima sangat menurunkan moral, keyakinan, serta semangat juang tentara Jepang. Akhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
2.      Perbedaan Sikap antara Golongan Tua dan Muda
Berita kekalahan Jepang atas Sekutu dirahasiakan oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Pesawat-pesawat radio yang ada di Indonesia saat itu banyak yang disegel. Namun, berita tersebut dapat diketahui oleh beberapa tokoh pemuda dan gerakan bawah tanah, terutama Sutan Syahrir melelui radio BBC.
Syahrir dan beberapa tokoh pemuda segera menemui Moh. Hatta yang saat itu baru datang dari Dalat. Bersama Moh. Hatta, Syahrir dan beberapa pemuda menemui Soekarno di rumahnya. Syahrir mendesak soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI karena Sekutu akan menganggap kemerdekaan Indonesia sebagai suatu kemerdekaan hasil pemberian Jepang. Namun, Soekarno tidak setuju usulan Syahrir tersebut.
Pada 15 Agustus 1945, para pemuda mengadakan pertemuan di Gedung Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur No. 13. Keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Soekarno-Hatta. Mereka menuntut agar proklamasi dilaksanakan keesokannya pada tanggal 16 Agustus 1945.
Namun, kedua tokoh nasional tersebut menolak dengan alasan belum mendapatkan pernyataan resmi tentang kekalahan Jepang sehingga dikhawatirkan akan terjadi pertumpahan darah. Dengan demikian, akan dibicarakan terlebih dahulu pada rapat PPKI yang akan diselenggarakan pada 16 Agustus 1945, di Hotel Des Indes.
3.    Peristiwa Rengasdengklok
Pada pukul 24.00 menjelang 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi Jalan Cikni 71 Jakarta, para pemuda kembal berunding. Rapat itu dihadiri oleh Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Murwadi, Syudanco Singgih, dan Dr. Sucipto. Hasilnya mereka menyepakati untuk mengamankan Soekarno-Hatta ke luar kota agar mereka tidak dipengaruhi Jepang. Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Soekarno-Hatta dibawa para pemuda ke garnisun Peta di Rengasdengklok, kota kecil sebelah timur Jakarta menuju Karawang, Jawa Barat.
Alasan Rengansdengklok dijadikan tempat persembunyian adalah :
·           Rengasdengklok letaknya sangat terpencil
·           Kesatuan peta bersenjata yang cukup kuat terdapat di Rengasdengklok
·           Aparat desa dan rakyat di sekitar Rengasdengklok umumnya anti Jepang dan pro kemerdekaan
·           Rengasdengklok depat terawasi dari segala penjuru dan mendapat dukungan dari pejuang sekitar
Pada saat sampai di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan rombongannya di sambut baik oleh pasukan Peta pimpinan Syudanco Subendo. Di tengah suasana tersebut, Ahmad Soebardjo memberitahukan kebenaran menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Mendengar berita itu, soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta.

Akhirnya, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan dengan nyawanya sendiri bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari selambat-lambatnya pukul 12..00 WIB. Dengan jaminanyang meyakinkan tersebut, Syudanco Subeno bersedia melepaskan Soekarno-Hatta. Rencana Proklamasi tersebut disepakati bersama, baik oleh golongan tua dan golongan muda. Laksamana Muda Tadashi Maeda menyediakan rumahnya di Jakarta sebagai tempat untuk merundingkan segala persiapan, termasuk menyusun naskah teks proklamasi. Ia juga memberikan jaminan bahwa keamanan Jakarta akan tetap terjaga.

No comments:

Post a Comment